Sejarah & Perkembangan Filsafat Dalam Teologi Islam
Pendahuluan
Dalam sejarah Islam, berbagai kedesiplinan ilmu muncul begitu
cepat sesuai dengan tahap perkembangan duniawi dan berkembang terus sesuai
dengan situasi dan kondisi, sehingga banyak pakar ilmuan dan tokoh-tokoh dalam
Islam melahirkan pernik-pernik mutiara untuk dijadikan bahan rujukan oleh Ummat
Sekarang dan dikagumi Oleh banyak lawan.
Dalam menikmati keindahan alam, Allah memberikan akal kepada
manusia sebagai remot kontrol dalam menjalani kehidupan, hidup ini adalah
kesempatan menikmati kebesaran tuhan, betafa indahnya kalau akal ini kita
selaraskan dengan Nafsu Mutma’innah ( nafsu nan suci) yang ada dalam diri
manusia terdapat dalam lubuk hati paling dalam (Latifah Rabbaniyah), sebaliknya
jika manusia berfikir menuruti hawa nafsu (nafsu syaitan), maka ia akan
terjerumus dalam lembah kesesatan yang nyata. Alam selalu berubah,
berkembang (mutaghayir) tetapi tidak berubah secara spontanitas karena yang
sanggup merubahkan alam ini secara spontanitas adalah Tuhan Rabbu jalil swt.
Banyak Manuia mendewakan akal dan mengagungkan akal (ra’y) karena akal mampu
merubah nasip manusia tampa harus mensandarkan diri siapa sang pencipta akal
tersebut, manusia seperti ini dikatagorikan dalam kesesatan.
Padahal akal punya batas dan tidak mampu menandingi Syari’at
karena Syari’at cukup luas sedangkan kemampuan akal terbatas sehingga saat
sekarang ini belum ada Ahli pemikiran dan tokok-tokoh dalam Islam mampu
berpikir sampai kepada tahap berfikirnya para imam mujtahid tempo dulu.
Maka seorang muslim yang
berpikir dengan sedalam-dalamnya tampa suatu maksud, selain dari memcari yang
haq dan kebenaran, maka dia tidak akan sesat.
Dalam makalah ini penulis ingin
mengkaji lebih dalam tentang ; Sejarah dan perkembangan filsafat dalam teologi
Islam da Proses Pendewasaan Pemikiran Buktinya segala sesuatu yang banyak
berasal dari Tuhan menurut pemikiran tiga tokoh filsafat Islam (Ibnu Sina,
Al-Farabi dan Ibnu Maskawaih),
FILSAFAT ISLAM DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA
Sejarah adalah pengetahuan tentang peristiwa peristiwa masa
lampau, sedangkan Filsafat adalah Ilmu tentang berfikir sesuatu apapun untuk
mencari kebenaran sesuatu tersebut. Kalau kita perhatikan
defenisi-defenisi yang telah diberikan oleh ahli-ahli fikir, sejak dari ahli
fikir zaman lama sebagai Plato (429-347.M), Epicuer sebagai Desscartes
(1596-1650), kendatipun defenisi yang mereka berikan itu jauh berbeda-beda,
namun dapat kita simpulkan bahwa berfilsafat itu ialah “berfikir”, dengan kata
lain” Berfilsafat ialah berfikir sedalam-dalamnya secara bebas, dan teliti.
Menurut penulis, seorang muslim
boleh berfikir sedalam-dalamnya demi untuk menemukan sebuah kebenaran dengan
ketentuan befikir yang tidak keluar dari garis-garis koredor syar’i.
A. Filsafat Islam
Filsafat muncul dari sebuah pemikiran dan semua ilmu memiliki
filsafat tersendiri dan pemikiran itu sendiri diragukan oleh sang pemikir jika
belum ditemukan kebenarannya, untuk mengatakan itu benar perlu menuangkan
pemikiran sehingga sang pemikir meyakininya apa yang ia temukan.
Filsafat Islam menjadi sebuah topik
tersendiri yang banyak dibahas oleh para tokoh filosofis, sehingga mereka
berbeda pemahaman dalam mengartiikan Ilmu filsafat atau filsafat dalam Islam.
jika orang ditanya, apa perbedaan Agama dan Filsafat, maka jawabannya adalah,
Filsafat mulai dari keragu-raguan sedangkan Agama mulai dari keimanan.
Sedangkan Teologi Islam yang penulis maksudkan disini adalah
bahasan ajaran-ajaran dasar dalam Islam kususnya tentang kajian sejarah dan
perkembangan filsafat dalam teologi Islam , berikut akan penulis uraikan
perkembangan filsafat dalam Islam.
B. Sejarah dan
Perkembangannya
Sejarah dan Filsafat Islam
perlu kita kaji sedetail mungkin, karena ini adalah sebahagian dari ilmu yang
mayoritas berkembang lambat laun dan banyak orang belum memahami tentang
sejarah dan perkembangan filsafat dalam Islam, karena sejarah dan filsafat
Islam adalah satu dari sekian banyak ilmu yang sukar didalami.
Meski pada umumnya Filsafat
Islam dipercayai sebagai berawal dari Al-Kindi (801-873), tetapi ada catatan
bahwa orang Islam yang pertama yang disebut sebagai filosof adalah Iransyahri.
Pemilihan Al-Kindi sebagai filosof pertama dalam sejarah Islam tentu terkait
dengan kenyataan bahwa Al-Kindi lah orang yang pertama yang berusaha merumuskan
secara sistematis apa itu filsafat Islam. Dia memang dikenal sebagai
orang Mu’Tazili (pengikut Mazhab Rasionalistik dalam teologi Islam), karena
posisinya sebagai filosof awal Islam dan dialah yang menulis buku (Al-Falasafah
Au-l-‘Ula). Dalam buku ini Al-Kindi menunjukkan bahwa concern ( Filsafat
Pertama) atau Metafisika, sesungguhnya sama dengan teologi, yakni tentang
Tuhan. Dalam sejarah dan perkembangan Filsafat dalam teologi Islam,
penulis akan menguraikan secara umum tahapan perkembangannya :
A. Filosofis
Al-Kindi (801-873).
Pada
masa awal Islam filsafat ini berkembang secara perlahan-lahan, hingga dapat
mempengaruhi beberapa tokoh Islam pada masa itu, sebagai bukti bahwa disini
mulanya filsafat Islam, Al-Kindi pernah menulis sebuah buku yang berjudul
(Al-Falasafah Au-l-‘Ula).
B. Filosofis
Al-Farabi (870-950).
Pada masa ini Al-Farabi dikenal sebagai tokoh filosofi Islam
yang mengambil teori berfilsafat dari Al-Kindi dan dikembangkan melalui karya
karyanya.
C. Filosofis
Ibnu Sina (980-1037).
Pada
masa ini Ilmu filsafat Islam dikembangkan oleh Ibnu Sina menjadi berbagai
demensi kedesiplinan Ilmu dalam filsafat Islam, sehingga Ibnu Sina berhak
mendapat julukan sebagai Filosofis Peripatetik muslim orang barat menyebutkan
Par Excellennce, padahal pada masa itu Ibnu Sina baru berusia sepuluh Tahun,
dan dan ia mahir dalam mendalami ilmu kedokteran disaat usianya enam belas
tahun , Ibnu Sina pernah berguru kepada Al-Farabi dalam ilmu Filsafat,
sebagaimana yang tercantum dalam autobiografinya; ia terang-terangan mengakui
berutang budi kepada Al-Farabi, dan ada juga pendapat Ibnu Sina yang
bertentangan dengan pendapat Al-Farabi tentang filsafat.
Kemudian berbagai masalah dalam filsafat Yunani mendapat
kesempatan untuk dikembangkan lebih jauh dalam lingkungan pemikiran Islam. Dan
setelah itu barulah muncul para tokoh-tokoh filsafat dalam Islam diantaranya
adalah tokoh Filsafat dari Negara Andalusia, seperti Ibnu Bajjah, Ibnu Thufa’il
dan Sebagainya.
Dari uraian diatas sengaja penulis membahas sejarah dan
perkembangan filsafat dalam teologi Islam secara umum yakni hanya menyebutkan
tiga tokoh Filosofi dalam Islam, karena ketiga tokoh ini orang yang pertama
sekali mengembangkan ilmu filsafat dalam Islam sesuai dengan perkembangannya
dan ketiga tokoh filosofi ini dalam mengembangkan Ilmu Filsafatnya tidak
terlepas dari teori Aristotelian dan Plato yang disebut dengan
Neo-Platonik.
Pengikut Plato dikenal dengan sebutan Neo-Platonisme dan didirikan
oleh seorang Mesir, Ammonius Saccas, tokoh aliran Neo-Platonisme adalah Plato
Aliran ini menjadi pengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran dalam Islam.
Perkembangam filsafat dalam Islam yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan
berkembang pada dua wilayah yaitu wiliyah Islam Timur dan wilayah Islam
Barat, dari Islam Timur dipromotori oleh filoshofy : Al-Kindi, Al-Razi,
Al-farabi, Ikhwan Al-shafa, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan Suhrawadi
Al-Maqthul. Dari Islam barat : Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd, untuk
kejelasanya silahkan baca buku Filsafat Islam karangan K-H. Musthofa. .Cikal
bakal sejarah perkembangan filsafat Islam lahir dari para ahli pikir (para
filoshofy), dan hasil pemikiran mereka patut diacung jempol, mayoritas karangan
para filsofy muslim menjadi pijakan awal bagi para tokoh-tokoh islam zaman
sekarang.oleh karena demikian kontribusi para filshofy muslim zaman dahulu
,untuk bangsa sangat baik kususnya dalam dunia pendidikan.
C. Aliran-Aliran Dalam Filsafat
Dalam Perkembangan Filsafat banyak Aliran aliran yang
muncul, yang mana aliran ini muncul menurut pemikiran masing-masing tokoh
filosofi dan aliran ini perlu penulis sebutkan sekaligus dengan sang
pencetusnya.
a. Aliran Neo Platonik yang
dicetus oleh Aristatoles berkembang pada Abad ke Empat sebelum Masehi.
b. Aliran Peripatetisme Aliran
ini tidak jauh beda dengan aliran Neo Platonik karena teori yang digunakan
dalam pengembangannya lebih banyak memakai dari teori Aristatolian. Dan Aliran
ini dikembangkan oleh Tiga Tokoh Filosofi Muslim yaitu Al-Kindi, Al-farabi dan
Ibnu Sina, muncul dan berkembang pada tahun (801-1037).
c. Aliran Teologi dan
Mistisisme, Aliran ini lebih mendekati kepada ‘irfan’ (tasawuf), Aliran ini
dicetus oleh Al-Ghazali, berkembang pada tahun 105-1111.
d. Aliran Peripatetisme Murni,
aliran ini lebih kepada mengkritisi aliran yang dikembangkan oleh Al-kindi,
Al-farabi dan Ibnu sina. Pencetusnya adalah Ibnu Rusdy, Aliran ini berkembang
pada tahun 1126-1198.
e. Aliran Filsafat Mistikal,
Aliran ini dicetus oleh Fakhrudin Ar-Razi, berkembang pada tahun 1126-1209 dan
masih banyak Aliran lain yang tidak penulis sebutkan, Aliran aliran ini
berkembang terus hingga kepada Aliran Hikmah Muta’aliyah yang
dikembangkan oleh Mulla Shadra pada tahun 1571-1640.
Setelah kita melihat perkembangan aliran dalam Filsafat, lalu bagaimana
tentang perkembangan aliran dalam Filsafat Islam, Dalam filsafat Islam ada
berbagai Aliran yang berkembang sebagaimana yang termaktub dalam buku “Buku
Saku Filsafat Islam” yang ditulis oleh Haidir Bagir.
Ada sedikitnya lima aliran
dalam filsafat Islam: Pertama, Teologi Dialektik (Ilmu Al-Kalam),
Kedua, Peripatetisme (Masysya’iyyah), Ketiga, Iluminisme
(Isyraqiyyah), Keempat, Sufisme (Tasawuf), Kelima, Filsafat
Al-Hikmah Al-Muta’aliyyah. Silahkan baca Buku saku Filsafat Islam karangan
Haidir Baqir, halaman 93.
Dari berbagai macam aliran dalam Filsafat atau Filsafat Islam
penulis mensimpulkan bahwa dalam aliran-aliran tersebut ada kemiripan diantara
satu dengan yang lain, yang berbeda adalah dalam metode pengembangannya saja,
seperti Aristatoles memakai metode Epistemologi dan bersifat
Deduktif-Silogistik, yakni prosedur untuk mendapatkan kesimpulan dari
mempersandingkan dua pernyataan yang sudah disepakati terlebih dulu nilai
kebenarannya, sedangkan beberapa tokoh filosofi Islam juga menggunakan metode
tersebut. Dari uraian diatas tentang sejarah perkembangan filsafat dalam
teologi Islam, sekarang penulis akan membahas sedikit tentang proses
pendewasaan pemikiran.
D. Proses
Pendewasaan Pemikiran “Buktinya segala sesuatu yang banyak berasal dari tuhan”.
Menuru Ibnu Sina, Al-farabi dan Ibnu Maskawaih.
Proses pendewasaan sebuah pemikiran adalah melalui Akal (Ra’y),
Akal merupakan ciptaan tuhan sebagi alat kesempurnaan bagi manusia dan dengan
Akal pula manusia berbeda dengan makhluk yang lain, ini bukti bahwa manusia
ciptaan tuhan yang paling sempurna, sedangkan manusia itu sendiri baharu,
hancur (fanna).
Manusia berpikir menggunakan Akal, sehingga dengan berfikir
manusia dapat menemukan sebuah kebenaran. Wajar wajar saja dalam memahami
sesuatu apapun, manusia berbeda pemahaman dan berbeda dalam memberikan pendapat
dan berbeda pula hasil yang diperoleh dari masing-masing pemahaman tersebut,
dibawah ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang” proses pendewasaan
pemikiran buktinya segala sesuatu yang banyak berasal dari tuhan, menurut
pemikiran Ibnu Sina, Al-Farabi dan Ibnu Maskawaihi”
Dalam proses pendewasaan pemikiran menurut tiga tokoh filosofi
tersebut, penulis mengambil satu diantara sekian banyak pemikiran mereka yaitu
pemikiran tentang “Penciptaan Alam.” Dengan memakai teori EMANASI yaitu
teori yang menggunakan : Akal semata-mata.
1. Ibnu Sina :
Ia berusaha mentaufiqkan (menyesuaikan) antara fikiran manusia
dengan wahyu (antara filsafat dan Agama). Dalam hal kejadian alam, Ibnu Sina
menjaga agar jangan lansung Tuhan menciptakan alam yang kotor ini, agar
terpelihara kesucianya, sebab itu dipakailah perantara dengan Akal-Akal langit
yaitu makhluk yang tidak bersifat materi atau mailaikat dalam ajaran agama
Islam.
Terjadinya alam menurut Ibnu
Sina dengan cara melimpah, seperti limpahan cahaya matahari tampa
mengurangi dirinya sendiri dan sudah menjadi thabi’atnya.
2. Al-Farabi
Menurut Al-farabi manusia tidak bisa berhubungan lansung dengan
Allah yang maha sempurna, tetapi melalui Akal fa’al (Akal aktif), karena antara
tuhan dengan alam bumi seluruhnya terdapat banyak perantara yang tidak
memungkinkan bagi manusia untuk bersatu dengannya.
Teori Al-farabi tentang tuhan
terpangaruh dengan Aristatoles, sedangkan teorinya tentang hubungan antara
Tuhan dengan Makhluk-Nya, terpengaruh dengan fikiran Plato. Menurut Aristatoles
Tuhan adalah Akal murni.
Dari segi menetapkan adanya perantara antara tuhan dengan
mahkluk-Nya. Dan tuhan sebagai Pencipta. Menurut Al-farabi mengacu kepada
teori Plato. Tetapi semua yang maujudat (makhluk) adalah keluar dari tuhan
tampa diketahui dan kehendaki-Nya. Kendatipun Al-Farabi terpengaruh
dengan teori Emanasinya dari Plato, namun tidaklah diambil seluruhnya, tetapi
diolah dan dibahas secara ilmiyah. Al-Farabi menjelaskan teori emanasinya
sebagai berikut : Dari Allah yang maha Esa tidak keluar kecuali satu, yaitu
“Akal Pertama” (aql awwal). Keluarnya Akal pertama, itu bukanlah karena qudrah
dan Iradah Allah untuk menciptakan sesuatu, tetapi karena ilmu-Nya semata-mata.
3. Ibnu Maskawaih.
Ibnu Maskawaih merupakan tokoh filsafat yang terkenal dari
kalangan syi’ah, sebagai filosofy yang religius, Ibnu Maskawaih menyatakan,
alam semesta diciptakan Allah dari tiada menjadi ada, karena penciptaan dari
bahan yang sudah ada tidak ada artinya.
Disnilah letak persamaan permikirannya dengan Al-kindi, dan
berbeda dngan Al-Farabi (Allah menciptakan alam dari materi yang sudah ada).
Untuk lebih jelasnya dapat
dikemukakan perbedaan emanasi antara Ibnu Maskawaihi, Ibnu Sina dan Al-farabi.
a. Bagi Ibnu Maskawaih, Allah
menjadikan alam ini secara emanasi (pancaran) dari tiada menjadi ada. Sementara
itu menurut Al-Farabi alam dijadikan Tuhan secara pancaran dari sesuatu atau
bahan yang sudah ada menjadi ada.
b. Bagi ibnu maskawaih ciptaan
Allah yang pertama adalah Akal aktif, sementara Al-Farabi ciptaan Allah yang
pertama ialah Akal pertama dan Akal aktif adalah Akal yang kesepuluh.
c. Ibnu Sina, Akal pertama
mempunyai dua sifat, sifat wajib wujudnya sebagai pancaran dari Allah dan sifat
mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya, dengan demikian, Ibnu Sina
membagi objek pemikiran Akal menjadi tiga : Allah (wajib wujud lizatihi),
dirinya Akal (wajib wujud lighairihi), sebagai pancaran dari Allah. Dan Akal
(mungkin wujud) ditinjau dari hakikat dirinya.
Dari teori tiga tokoh filosofi diatas tentang penciptaan
alam, penulis cendrung kepada teori yang dikemukan oleh Al-Ghazali, yaitu semua
isi alam ini berasal dari Allah SWT. Kemudian Allah menciptakan Nur Muhammad,
maka dari nur Muhammad itulah asal muasal kejadian sesuatu yang banyak dalam
alam ini. Walaupun pada hakikatnya semua itu Allah yang menciptakannya.
A-Ghazali menantang keras teori
Emanasi yang digunakan oleh tiga filosofy muslim diatas, ia menganggap bahwa
teori itu buatan yang tidak ada dasarnya yang mengakibatkan bertambah kabur
persoalan, sebagaimana yang dikemukakan dalam kitabnya “Tahaful Al-falasifah).
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
Uraian diatas dapat penulis simpulkan beberapa kesimpulan tentang sejarah dan
perkembangan filsafat dalam teologi Islam.
1.
Sejarah dan perkembangan
Filsafat dalam teologi Islam muncul dan berkembang mulai pada masa filosofi Al-
Kindi (801-873) kemudian diteruskan oleh filosofi Al-Farabi, (870-950) dan Ibnu
Sina, (980-1037) tetapi perkembangan filsafat yang begitu dahsat adalah pada
masa Ibnu sina meliputi berbagai disiplin Ilmu , perkembangan ini merambah
kepada filosofi muslim Andalusia, seperti Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail dan
sebagainya, namun pembawa pertama tentang filsafat dalam Islam ini adalah
Al-Kindi ia mengembangkan filsafat ini dari teori Aristotoles yang menganut
Aliran Peripatetisme atau Neo-Platonik.
2. Aliran-aliran
filsafat dalam Islam berkembang terus hingga sampai pada masa Mulla Shadra pada
tahun 1571-1640 dan gaya berfikir para Filosofis muslim ini sekali-kali sama
dengan cara berfikir Aristatoles, tetapi ada yang membedakan gaya berfikir
Aristatoles dengan para Filosofi Muslim yaitu hampir dari sekian banyak para
filosofi muslim cendrung berfikir yang bermuara kepada Ilmu tasawuf.
3. Akal (ra’y) yang dibaringi
dengan keimanan, menjadi faktor yang paling dominan dalam roses
pendewasaan pemikiran manusia, dengan Akal manusia dapat menemukan sesuatu
sampai kepada hakikatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Hanafi. Pengantar Filsafat Islam. (Bulan Bintang Jakarta : 1996).
Harun
Nasution. Teologi Islam Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. (UI.
Press Jakarta : 2006).
Haidir
Bagir. Buku saku Filsafat Islam. (Mizan Pustaka Bandung : 2006).
K.H.
Musthofa. Filsafat Islam (Bandung : Pustaka Setia. 1997)
Majid
Fakhri. Sejarah Filsafat Islam : Sebuah Peta Kronologis. diterjemahkan
oleh Zaimul Am, dari A. Short Introduction to Islamic Fhilosofy, Theology and
Myisticism.( Bandung : Mizan 2002.).
Mulyadi
Kartanegra. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam. Jakarta Selatan :
Teraju. 2002.
Pengantar Filsafat Islam. Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama IAIN JAMI’AH Ar-Raniry. Banda Aceh : 1982/1983.
Sirajuddin
Zar. Filsafat Islam/ Filosof dan Filsafatnya. Jakarta : Raja Grafindo. 2007).
0 komentar:
Post a Comment