Waktu & Tanggal

Powered by Blogger.

About this Blog

Blog ini berisi seputar informasi dan ilmu pengetahuan

Daftar Isi Blog

Sejarah & Perkembangan Filsafat Dalam Teologi Islam


Sejarah & Perkembangan Filsafat Dalam Teologi Islam
Pendahuluan
Dalam sejarah Islam, berbagai kedesiplinan ilmu muncul begitu cepat sesuai dengan tahap perkembangan duniawi dan berkembang terus sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga banyak pakar ilmuan dan tokoh-tokoh dalam Islam melahirkan pernik-pernik mutiara untuk dijadikan bahan rujukan oleh Ummat Sekarang dan dikagumi Oleh banyak lawan.

Dalam menikmati keindahan alam, Allah memberikan akal kepada manusia sebagai remot kontrol dalam menjalani kehidupan, hidup ini adalah kesempatan menikmati kebesaran tuhan, betafa indahnya kalau akal ini kita selaraskan dengan Nafsu Mutma’innah ( nafsu nan suci) yang ada dalam diri manusia terdapat dalam lubuk hati paling dalam (Latifah Rabbaniyah), sebaliknya jika manusia berfikir menuruti hawa nafsu (nafsu syaitan), maka ia akan terjerumus dalam lembah kesesatan yang nyata. Alam selalu berubah, berkembang (mutaghayir) tetapi tidak berubah secara spontanitas karena yang sanggup merubahkan alam ini secara spontanitas adalah Tuhan Rabbu jalil swt. Banyak Manuia mendewakan akal dan mengagungkan akal (ra’y) karena akal mampu merubah nasip manusia tampa harus mensandarkan diri siapa sang pencipta akal tersebut, manusia seperti ini dikatagorikan dalam kesesatan.
Padahal akal  punya batas dan tidak mampu menandingi Syari’at karena Syari’at cukup luas sedangkan kemampuan akal terbatas sehingga saat sekarang ini belum ada Ahli pemikiran dan tokok-tokoh dalam Islam mampu berpikir sampai kepada tahap berfikirnya para imam mujtahid tempo dulu.
Maka seorang muslim yang berpikir dengan sedalam-dalamnya tampa suatu maksud, selain dari memcari yang haq dan kebenaran, maka dia tidak akan sesat.
Dalam makalah ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang ; Sejarah dan perkembangan filsafat dalam teologi Islam da Proses Pendewasaan Pemikiran  Buktinya segala sesuatu yang banyak berasal dari Tuhan menurut pemikiran tiga tokoh filsafat Islam (Ibnu Sina, Al-Farabi dan Ibnu Maskawaih),

FILSAFAT ISLAM DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
Sejarah adalah pengetahuan tentang peristiwa peristiwa  masa lampau, sedangkan Filsafat adalah Ilmu tentang berfikir sesuatu apapun untuk mencari kebenaran sesuatu tersebut. Kalau kita perhatikan defenisi-defenisi yang telah diberikan oleh ahli-ahli fikir, sejak dari ahli fikir zaman lama sebagai Plato (429-347.M), Epicuer sebagai Desscartes (1596-1650), kendatipun defenisi yang mereka berikan itu jauh berbeda-beda, namun dapat kita simpulkan bahwa berfilsafat itu ialah “berfikir”, dengan kata lain” Berfilsafat ialah berfikir sedalam-dalamnya secara bebas, dan teliti.
Menurut penulis, seorang muslim boleh berfikir sedalam-dalamnya demi untuk menemukan sebuah kebenaran dengan ketentuan befikir yang tidak keluar dari garis-garis koredor syar’i.
A. Filsafat Islam
Filsafat muncul dari sebuah pemikiran dan semua ilmu memiliki filsafat tersendiri dan pemikiran itu sendiri diragukan oleh sang pemikir jika belum ditemukan kebenarannya, untuk mengatakan itu benar perlu menuangkan pemikiran sehingga sang pemikir meyakininya apa yang ia temukan.
Filsafat Islam menjadi sebuah topik tersendiri yang banyak dibahas oleh para tokoh filosofis, sehingga mereka berbeda pemahaman dalam mengartiikan Ilmu filsafat atau filsafat dalam Islam. jika orang ditanya, apa perbedaan Agama dan Filsafat, maka jawabannya adalah, Filsafat mulai dari keragu-raguan sedangkan Agama mulai dari  keimanan.
Sedangkan Teologi Islam yang penulis maksudkan disini adalah bahasan ajaran-ajaran dasar dalam Islam kususnya tentang kajian sejarah dan perkembangan filsafat dalam teologi Islam , berikut akan penulis uraikan perkembangan filsafat dalam Islam.



B. Sejarah dan Perkembangannya
Sejarah dan Filsafat Islam perlu kita kaji sedetail mungkin, karena ini adalah sebahagian dari ilmu yang mayoritas berkembang lambat laun dan banyak orang belum memahami tentang sejarah dan perkembangan filsafat dalam Islam, karena sejarah dan filsafat Islam adalah satu dari sekian banyak  ilmu yang sukar didalami.
Meski pada umumnya Filsafat Islam dipercayai sebagai berawal dari Al-Kindi (801-873), tetapi ada catatan bahwa orang Islam yang pertama yang disebut sebagai filosof adalah Iransyahri. Pemilihan Al-Kindi sebagai filosof pertama dalam sejarah Islam tentu terkait dengan kenyataan bahwa Al-Kindi lah orang yang pertama yang berusaha merumuskan secara sistematis  apa itu filsafat Islam. Dia memang dikenal sebagai orang Mu’Tazili (pengikut Mazhab Rasionalistik dalam teologi Islam), karena posisinya sebagai filosof awal Islam dan dialah yang menulis buku (Al-Falasafah Au-l-‘Ula). Dalam buku ini Al-Kindi menunjukkan bahwa concern ( Filsafat Pertama) atau Metafisika, sesungguhnya sama dengan teologi, yakni tentang Tuhan. Dalam sejarah dan perkembangan Filsafat dalam teologi Islam, penulis akan menguraikan secara umum tahapan perkembangannya :
A.    Filosofis Al-Kindi  (801-873).
            Pada masa awal Islam filsafat ini berkembang secara perlahan-lahan, hingga dapat mempengaruhi beberapa tokoh Islam pada masa itu, sebagai bukti bahwa disini mulanya filsafat Islam, Al-Kindi pernah menulis sebuah buku yang berjudul (Al-Falasafah Au-l-‘Ula).

B.     Filosofis Al-Farabi (870-950).
 Pada masa ini Al-Farabi dikenal sebagai tokoh filosofi Islam yang mengambil teori berfilsafat dari Al-Kindi dan dikembangkan melalui karya karyanya.

C.     Filosofis Ibnu Sina  (980-1037).
            Pada masa ini Ilmu filsafat Islam dikembangkan oleh Ibnu Sina menjadi berbagai demensi kedesiplinan Ilmu dalam filsafat Islam, sehingga Ibnu Sina berhak mendapat julukan sebagai Filosofis Peripatetik muslim orang barat menyebutkan Par Excellennce, padahal pada masa itu Ibnu Sina baru berusia sepuluh Tahun, dan dan ia mahir dalam mendalami ilmu kedokteran disaat usianya enam belas tahun , Ibnu Sina pernah berguru kepada Al-Farabi dalam ilmu Filsafat, sebagaimana yang tercantum dalam autobiografinya; ia terang-terangan mengakui berutang budi kepada Al-Farabi, dan ada juga pendapat Ibnu Sina yang bertentangan dengan pendapat Al-Farabi tentang filsafat.
Kemudian berbagai masalah dalam filsafat Yunani mendapat kesempatan untuk dikembangkan lebih jauh dalam lingkungan pemikiran Islam. Dan setelah itu barulah muncul para tokoh-tokoh filsafat dalam Islam diantaranya adalah tokoh Filsafat dari Negara Andalusia, seperti Ibnu Bajjah, Ibnu Thufa’il dan Sebagainya.
Dari uraian diatas sengaja penulis membahas sejarah dan perkembangan filsafat dalam teologi Islam secara umum yakni hanya menyebutkan tiga tokoh Filosofi dalam Islam, karena ketiga tokoh ini orang yang pertama sekali mengembangkan ilmu filsafat dalam Islam sesuai dengan perkembangannya dan ketiga tokoh filosofi ini dalam mengembangkan Ilmu Filsafatnya tidak terlepas  dari teori Aristotelian dan Plato yang disebut dengan Neo-Platonik.
Pengikut Plato dikenal dengan sebutan Neo-Platonisme dan didirikan oleh seorang Mesir, Ammonius Saccas, tokoh aliran Neo-Platonisme adalah Plato Aliran ini menjadi pengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran dalam Islam. Perkembangam filsafat dalam Islam yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan berkembang pada dua wilayah yaitu wiliyah  Islam Timur dan wilayah Islam Barat, dari Islam Timur dipromotori oleh  filoshofy : Al-Kindi, Al-Razi, Al-farabi, Ikhwan Al-shafa, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan Suhrawadi Al-Maqthul. Dari Islam barat : Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd, untuk kejelasanya silahkan baca buku Filsafat Islam karangan K-H. Musthofa. .Cikal bakal sejarah perkembangan filsafat Islam lahir dari para ahli pikir (para filoshofy), dan hasil pemikiran mereka patut diacung jempol, mayoritas karangan para filsofy muslim menjadi pijakan awal bagi para tokoh-tokoh islam zaman sekarang.oleh karena demikian kontribusi para filshofy muslim zaman dahulu ,untuk bangsa sangat baik kususnya dalam dunia pendidikan.
C. Aliran-Aliran Dalam Filsafat
Dalam Perkembangan Filsafat banyak Aliran aliran  yang muncul, yang mana aliran ini muncul menurut pemikiran masing-masing tokoh filosofi dan aliran ini perlu penulis sebutkan sekaligus dengan sang pencetusnya.
a. Aliran Neo Platonik yang dicetus oleh Aristatoles berkembang pada Abad ke Empat sebelum Masehi.
b. Aliran Peripatetisme Aliran ini tidak jauh beda dengan aliran Neo Platonik karena teori yang digunakan dalam pengembangannya lebih banyak memakai dari teori Aristatolian. Dan Aliran ini dikembangkan oleh Tiga Tokoh Filosofi Muslim yaitu Al-Kindi, Al-farabi dan Ibnu Sina, muncul dan berkembang pada tahun (801-1037).
c. Aliran Teologi dan Mistisisme, Aliran ini lebih mendekati kepada ‘irfan’ (tasawuf), Aliran ini dicetus oleh Al-Ghazali, berkembang pada tahun 105-1111.
d. Aliran Peripatetisme Murni, aliran ini lebih kepada mengkritisi aliran yang dikembangkan oleh Al-kindi, Al-farabi dan Ibnu sina. Pencetusnya adalah Ibnu Rusdy, Aliran ini berkembang pada tahun 1126-1198.
e. Aliran Filsafat Mistikal, Aliran ini dicetus oleh Fakhrudin Ar-Razi, berkembang pada tahun 1126-1209 dan masih banyak  Aliran lain yang tidak penulis sebutkan, Aliran aliran ini berkembang terus  hingga kepada Aliran Hikmah Muta’aliyah yang dikembangkan oleh Mulla Shadra pada tahun 1571-1640.
Setelah kita melihat perkembangan aliran dalam Filsafat, lalu bagaimana tentang perkembangan aliran dalam Filsafat Islam, Dalam filsafat Islam ada berbagai Aliran yang berkembang sebagaimana yang termaktub dalam buku “Buku Saku Filsafat Islam” yang ditulis oleh Haidir Bagir.
Ada sedikitnya lima aliran dalam filsafat Islam: Pertama, Teologi Dialektik (Ilmu Al-Kalam), Kedua, Peripatetisme (Masysya’iyyah), Ketiga, Iluminisme (Isyraqiyyah), Keempat, Sufisme (Tasawuf), Kelima, Filsafat Al-Hikmah Al-Muta’aliyyah. Silahkan baca Buku saku Filsafat Islam karangan Haidir Baqir, halaman 93.
Dari berbagai macam aliran dalam Filsafat atau Filsafat Islam penulis mensimpulkan bahwa dalam aliran-aliran tersebut ada kemiripan diantara satu dengan yang lain, yang berbeda adalah dalam metode pengembangannya saja, seperti Aristatoles memakai metode Epistemologi dan bersifat Deduktif-Silogistik, yakni prosedur untuk mendapatkan kesimpulan dari mempersandingkan dua pernyataan yang sudah disepakati terlebih dulu nilai kebenarannya, sedangkan beberapa tokoh filosofi Islam juga menggunakan metode tersebut. Dari uraian diatas tentang sejarah perkembangan filsafat dalam teologi Islam, sekarang penulis akan membahas sedikit tentang proses pendewasaan pemikiran.

D.    Proses Pendewasaan Pemikiran “Buktinya segala sesuatu yang banyak berasal dari tuhan”. Menuru Ibnu Sina, Al-farabi dan Ibnu Maskawaih.

Proses pendewasaan sebuah pemikiran adalah melalui Akal (Ra’y), Akal merupakan ciptaan tuhan sebagi alat kesempurnaan bagi manusia dan dengan Akal pula manusia berbeda dengan makhluk yang lain, ini bukti bahwa manusia ciptaan tuhan yang paling sempurna,  sedangkan manusia itu sendiri baharu, hancur (fanna).
Manusia berpikir menggunakan Akal, sehingga dengan berfikir manusia dapat menemukan sebuah kebenaran. Wajar wajar saja dalam memahami sesuatu apapun, manusia berbeda pemahaman dan berbeda dalam memberikan pendapat dan berbeda pula hasil yang diperoleh dari masing-masing pemahaman tersebut, dibawah ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang” proses pendewasaan pemikiran buktinya segala sesuatu yang banyak berasal dari tuhan, menurut pemikiran Ibnu Sina, Al-Farabi dan Ibnu Maskawaihi”
Dalam proses pendewasaan pemikiran menurut tiga tokoh filosofi tersebut, penulis mengambil satu diantara sekian banyak pemikiran mereka yaitu pemikiran tentang “Penciptaan Alam.”  Dengan memakai teori EMANASI yaitu teori yang menggunakan : Akal semata-mata.

1. Ibnu Sina :
Ia berusaha mentaufiqkan (menyesuaikan) antara fikiran manusia dengan wahyu (antara filsafat dan Agama). Dalam hal kejadian alam, Ibnu Sina menjaga agar jangan lansung Tuhan menciptakan alam yang kotor ini, agar terpelihara kesucianya, sebab itu dipakailah perantara dengan Akal-Akal langit yaitu makhluk yang tidak bersifat materi atau mailaikat dalam ajaran agama Islam.
Terjadinya alam menurut Ibnu Sina  dengan cara melimpah, seperti limpahan cahaya matahari tampa mengurangi dirinya sendiri dan sudah menjadi thabi’atnya.

2. Al-Farabi
Menurut Al-farabi manusia tidak bisa berhubungan lansung dengan Allah yang maha sempurna, tetapi melalui Akal fa’al (Akal aktif), karena antara tuhan dengan alam bumi seluruhnya terdapat banyak perantara yang tidak memungkinkan bagi manusia untuk bersatu dengannya.
Teori Al-farabi tentang tuhan terpangaruh dengan Aristatoles, sedangkan teorinya tentang hubungan antara Tuhan dengan Makhluk-Nya, terpengaruh dengan fikiran Plato. Menurut Aristatoles Tuhan adalah Akal murni.
Dari segi menetapkan adanya perantara antara tuhan dengan mahkluk-Nya. Dan tuhan sebagai Pencipta.  Menurut Al-farabi mengacu kepada teori Plato. Tetapi semua yang maujudat (makhluk) adalah keluar dari tuhan tampa diketahui dan kehendaki-Nya. Kendatipun Al-Farabi terpengaruh dengan teori Emanasinya dari Plato, namun tidaklah diambil seluruhnya, tetapi diolah dan dibahas secara ilmiyah. Al-Farabi menjelaskan teori emanasinya sebagai berikut : Dari Allah yang maha Esa tidak keluar kecuali satu, yaitu “Akal Pertama” (aql awwal). Keluarnya Akal pertama, itu bukanlah karena qudrah dan Iradah Allah untuk menciptakan sesuatu, tetapi karena ilmu-Nya semata-mata.
3. Ibnu Maskawaih.
Ibnu Maskawaih merupakan tokoh filsafat yang terkenal dari kalangan syi’ah, sebagai filosofy yang religius, Ibnu Maskawaih menyatakan, alam semesta diciptakan Allah dari tiada menjadi ada, karena penciptaan dari bahan yang sudah ada tidak ada artinya.
Disnilah letak persamaan permikirannya dengan Al-kindi, dan berbeda dngan Al-Farabi (Allah menciptakan alam dari materi yang sudah ada).
Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan perbedaan emanasi antara Ibnu Maskawaihi, Ibnu Sina dan Al-farabi.

a. Bagi Ibnu Maskawaih, Allah menjadikan alam ini secara emanasi (pancaran) dari tiada menjadi ada. Sementara itu menurut Al-Farabi alam dijadikan Tuhan secara pancaran dari sesuatu atau bahan yang sudah ada menjadi ada.

b. Bagi ibnu maskawaih ciptaan Allah yang pertama adalah Akal aktif, sementara Al-Farabi ciptaan Allah yang pertama ialah Akal pertama dan Akal aktif adalah Akal yang kesepuluh.

c. Ibnu Sina, Akal pertama mempunyai dua sifat, sifat wajib wujudnya sebagai pancaran dari Allah dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya, dengan demikian, Ibnu Sina membagi objek pemikiran Akal menjadi tiga : Allah (wajib wujud lizatihi), dirinya Akal (wajib wujud lighairihi), sebagai pancaran dari Allah. Dan Akal (mungkin wujud) ditinjau dari hakikat dirinya.
Dari teori tiga  tokoh filosofi diatas tentang penciptaan alam, penulis cendrung kepada teori yang dikemukan oleh Al-Ghazali, yaitu semua isi alam ini berasal dari Allah SWT. Kemudian Allah menciptakan Nur Muhammad, maka dari nur Muhammad itulah asal muasal kejadian sesuatu yang banyak dalam alam ini. Walaupun pada hakikatnya semua itu Allah yang menciptakannya.
A-Ghazali menantang keras teori Emanasi yang digunakan oleh tiga filosofy muslim diatas, ia menganggap bahwa teori itu buatan yang tidak ada dasarnya yang mengakibatkan bertambah kabur persoalan, sebagaimana yang dikemukakan dalam kitabnya “Tahaful Al-falasifah).





























PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Dari Uraian diatas dapat penulis simpulkan beberapa kesimpulan tentang sejarah dan perkembangan filsafat dalam teologi Islam.

1.   Sejarah dan perkembangan Filsafat dalam teologi Islam muncul dan berkembang mulai pada masa filosofi Al- Kindi (801-873) kemudian diteruskan oleh filosofi Al-Farabi, (870-950) dan Ibnu Sina, (980-1037) tetapi perkembangan filsafat yang begitu dahsat adalah pada masa Ibnu sina meliputi berbagai disiplin Ilmu , perkembangan ini merambah kepada filosofi muslim Andalusia, seperti Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail dan sebagainya, namun pembawa pertama tentang filsafat dalam Islam ini adalah Al-Kindi ia mengembangkan filsafat ini dari teori Aristotoles yang menganut Aliran Peripatetisme atau Neo-Platonik.

2.   Aliran-aliran filsafat dalam Islam berkembang terus hingga sampai pada masa Mulla Shadra pada tahun 1571-1640 dan gaya berfikir para Filosofis muslim ini sekali-kali sama dengan cara berfikir Aristatoles, tetapi ada yang membedakan gaya berfikir Aristatoles dengan para Filosofi Muslim yaitu hampir dari sekian banyak para filosofi muslim cendrung berfikir yang bermuara kepada  Ilmu tasawuf.

3. Akal (ra’y) yang dibaringi dengan keimanan, menjadi  faktor yang paling dominan dalam roses pendewasaan pemikiran manusia, dengan Akal manusia dapat menemukan sesuatu sampai kepada hakikatnya.




DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi. Pengantar Filsafat Islam. (Bulan Bintang Jakarta : 1996).
Harun Nasution. Teologi Islam Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. (UI. Press Jakarta : 2006).
Haidir Bagir. Buku saku Filsafat Islam. (Mizan Pustaka Bandung : 2006).
K.H. Musthofa. Filsafat Islam (Bandung : Pustaka Setia. 1997)
Majid Fakhri. Sejarah Filsafat Islam : Sebuah Peta Kronologis. diterjemahkan oleh Zaimul Am, dari A. Short Introduction to Islamic Fhilosofy, Theology and Myisticism.( Bandung :  Mizan 2002.).
Mulyadi Kartanegra. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam. Jakarta Selatan : Teraju. 2002.
Pengantar Filsafat Islam. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN JAMI’AH Ar-Raniry.  Banda Aceh : 1982/1983.
Sirajuddin Zar. Filsafat Islam/ Filosof dan Filsafatnya. Jakarta : Raja Grafindo. 2007).


0 komentar:

Post a Comment