BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap proyek yang akan dan sedang dikerjakan
tentunya diharapkan mendatangkan laba bagi penyelenggaranya. Namun terkadang
untung yang diharapkan dari suatu proyek berbanding terbalik menjadi suatu
kerugian total. Hal tersebut bisa saja terjadi karena manajer proyek tidak
mengerti mengenai risiko yang akan dihadapi saat penyelenggaraan proyek. risiko
yang tidak bisa dipisahkan dari proyek. Tidak ada perencanaan yang dapat
mengatasi risiko atau mampu mengendalikan peristiwa kesempatan. Dalam suatu
proyek risiko menjadi sesuatu kondisi yang tidak pasti. Jika hal itu terjadi
maka berdampak terhadap pengerjaan suatu proyek. Untuk itu menjadi sangat
penting bagi seorang manajer proyek mempelajari dan memahami lebih mendalam mengenai
risiko yaitu apa penyebab dan apa konsekuensinya jika sebuah risiko terjadi.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas maka yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang:
1. Apa
pengertian risiko?
2. Bagaimana
proses didalam mengelola atau manajemen risiko?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisa makalah ini adalah:
1. Agar
lebih memahami konsep risiko
2. Agar
mengetahui proses di dalam mengelola atau manajemen risiko.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Risiko
Kata risiko berasal dari bahasa arab yang berarti
hadiah yang tidak diharap-harap datangnya dari surga.[1]
Atau dalam kamus Webster, risiko dikonotasikan negatif sebagai kemungkinan
kerugian akibat kecelakaan, ketidakberuntungan dan kerusakan. Wideman dalam Abrar Husen menyebutkan
risiko proyek dalam manajemen risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian
yang tidak pasti, yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek.
Vaughan
dalam Herman Darmawi mengemukakan beberapa definisi risiko sebagaimana dapat
kita lihat sebagai berikut:[2]
1. Risk is the chance of
loss (Risiko adalah kans kerugian)
Chance
of loss biasanya digunakan untuk menunjukkan
suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan (eksposure) terhadap kerugian
atau sutu kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang
dipakai dalam statistik maka “chance” sering digunakan untuk menunjukkan
tingkat probabilitas akan muncul situasi
tertentu. Misalnya kalau kita melemparkan uang logam Rp. 100.- maka
probabilitas muncul gambar adat dibagian atas setelah uang itu tiba dilantai
adalah 0,5.
2. Risk is the possibility
of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas
suatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Definisi ini baarangkali sangat
mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Akan tetapi
definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
3. Risk is uncertainty
(risiko adalah ketidakpastian)
Risiko berhubungan dangan ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko, karena
adanya ketidakpastian.
Risiko dihubungan dengan kemungkinan terjadinya
akibat buruk (kerugian) yang tidak
diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah
menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko dan jika kita kaji lebih lanjut “kondisi yang
tidak pasti” itu timbul karena berbagai sebab, antara lain:
a) Jarak
waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin
panjang jarak waktu makin besar krtidakpastian.
b) Keterbatasan
tersedianya informasi yang diperlikan.
c) Keterbatasan
pengetahuan/keterampilan/teknik mengambil keputusan.
d) Dan
sebagainya.
Pada
umumnya orang sering menyamakan pengertian Risiko, Hazard, dan Peril.[3]
Memang ketiga istilah tersebut erat sekali kaitannya satu dengan yang lain.
Akan tetapi ketiganya berbeda, oleh karena itu untuk maksud-maksud kajian
istilah-istilah tersebut harus dibedakan dengan tegas.
Peril
dapat didefinisikan sebagai penyebab langsung kerugian. Orang-orang dapat
terkena kerugian atau kerusakan karena berbagai peril atau bencana. Bencana
yang umum adalah kebakaran, topan, ledakan, tubrukan, mati muda, penyakit,
kecerobohan, dan ketidakjujuran. Bencana-bencana yang dapat menimpa harta dan
penghasilan haruslah dipelajari oleh pengelola risiko sehingga perlindungan
yang tepat dapat diatur untuk mengendalikannya.
Hazard
atau bahaya dapat didefinisikan sebagai keadaan yang menimbulkan atau
meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu bencana tertentu. Jadi,
hal-hal seperti kecerobohan pemeliharaan rumah tangga yang buruk, jalan raya
jelek, mesin yang tidak terpelihara, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazard,
karena ini adalah keadaan yang meningkatkan chance
of loss (kemungkinan kerugian).
Sebagai
contoh: kebakaran yang berkobar disebuah bengkel adalah peril, tetapi mungkin
sebelumnya disana terdapat setumpuk kain-kain buruk berlumuran minyak tanah
yang berserakan disekitar bengkel itu sebagai penyebab kebakaran tersebut dan dengan
demikian adalah penyebab sesungguhnya.
Secara
ilmiah, risiko didefinisikan sebagai kombinasi fungsi dari frekuensi kejadian,
probabilitas, dan konsekuensi dari bahaya risiko yang terjadi.[4]
Risiko = f (frekuensi kejadian,
probabilitas, konsekuensi)
Frekuensi
kejadian dengan tingkat pengulangan yang tinggi akan memperbesar probabilitas
atau kemungkinan kejadiannya. Frekuensi kejadian boleh tidak dipakai seperti
perumusan diatas, karena itu risiko dapat dituliskan sebagai fungsi
probabilitas dan konsekuensi saja, dengan asumsi frekuensi telah termasuk
kedalam probabilitas.
Nilai
probabilitas adalah nilai dari kemungkinan risiko akan terjadi berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang sudah ada, berdasarkan nilai kualitas dan
kuantitasnya. Jika tidak memiliki cukup pengalaman dalam menentukan
probabilitas risiko, maka probabilitas risiko harus dilakukan dengan hati-hati
serta dengan langkah sistematis agar nilainya tidak banyak menyimpang. Untuk
itu studi literatur atau studi banding pada perusahaan atau proyek lain yang
pernah mengalaminya perlu dilakukan guna mereduksi ketidakpastian yang lebih
besar
Nilai
konsekuensi dapat diasumsikan dalam bentuk kompensasi biaya yang harus
ditanggung atau dapat berupa tindakan penanggulangan dengan cara lain dengan
biaya lebih rendah. Nilai konsekuensi dapat berupa nilai maksimum sebagian atau
minimum dari variabel risiko yang dinyatakan dalam suatu item pekerjaan,
kegiatan atau proyek.
B.
Proses
manajemen risiko
Manajemen risiko adalah sebuah pendekatan proaktif,
bukan reaktif. Ia merupakan proses preventif yang dirancang untuk memastikan
bahwa kejutan dikurangi dan bahwa konsekuensi negatif karena peristiwa yang
tidak diinginkan diperkecil.[5]
Manajemen risiko juga menyiapkan manajer proyek untuk menanggung risiko ketika
waktu, biaya, dan atau keunggulan teknis dapat dicapai. Manajemen risiko proyek
member manajer proyek pengendalian yang lebih baik atas masa depan dan dapat
dengan signifikan dapat meningkatkan peluang mencapai sasaran proyek secara
tepat waktu, sesuai anggaran, dan memenuhi kinerja teknis (fungsional) yang
diperlukan. Berikut adalah tahapan atau proses dalam manajemen risiko:
1. Identifikasi
risiko
Proses manajemen risiko dimulai dengan berusaha
menghasilkan daftar semua risiko yang mungkin dapat mempengruhi proyek. Tim
manajemen risiko terdiri dari anggota tim inti dan stakeholder lain yang
relevan. Tim menggunakan teknik identifikasi masalah utuk mengidentifikasi
masalah potensial. Peserta didorong untuk terbuka dan menghasilkan sebanyak
mungkin risiko yang dapat terjadi.
Cara
mengidentifikasi risiko juga bisa dilakukan dengan profil risiko yaitu alat
yang dapat membantu tim manajemen mengidentifikasi dan pada akhirnya
menganalisis risiko. Profil risiko adalah daftar pertanyaan yang menyoroti area
ketidakpastian pada sebuah proyek. Pertanyaan tersebut dikembangkan dan
ditingkatkan dari proyek-proyek sebelumnya yang serupa.
Berikut
merupakan contoh profil risiko untuk proyek pengembangan produk:
Persyaratan
Teknis
Apakah
persyaratannya stabil?
|
Kualitas
Apakah
desain mempertimbangkan kualitas?
|
Desain
Apakah
desain tergantung pada asumsi yang tidak realistis atau optimistik?
|
Manajemen
Apakah
orang-orang mengetahui siapa yang memiliki wewenang dan dalam hal apa
wewenang tersebut?
|
Pengujian
Apakah
alat pengujian tersedia ketika diperlukan?
|
Lingkungan
kerja
Apakah
orang-orang bekerja kooperatif diluar fungsional mereka sendiri?
|
Pengembangan
Apakah
proses pengembangan didukung oleh serangkaian prosedur, metode dan alat yang
sesuai?
|
Staffing
Apakah
staf tidak berpengalaman atau tidak tepat untuk tugas yang ditetapkan?
|
Jadwal
Apakah
jadwal tergantung pada kelengkapan proyek lain?
|
Pelanggan
Apakah
pelanggan tahu apa yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek?
|
Anggaran
Seberapa
reliabelkah estimasi biaya?
|
Kontraktor
Apakah
definisi tugas kontraktor ambigu?
|
2. Penilaian
risiko
Langakah pertama menghasilkan daftar risiko
potensial. Tidak semua risiko tersebut layak mendapat perhatian. Beberapa
risiko sepele dapat diabaikan, sedangkan yang lainnya merupakan ancaman serius
bagi suksesnya proyek. Para manajer harus mengembangkan metode-metode untuk
menelusuri daftar risiko dan menghapus risiko yang tidak penting dan
memperhatikan risiko dalam hal nilai pentingnya dan kelayakannya untuk
diperhatikan.
Analisis
sekenario adalah teknik paling mudah dan paling umum digunakan untuk
menganalisis risiko. Anggota tim menilai masing-masing risiko dalam hal:
1) Peristiwa
yang tidak diinginkan
2) Semua
hasil akhir dari kejadian sebuah peristiwa
3) Manfaat
penting atau dampak merusak/merugikan dari sebuah peristiwa.
4) Peluang
atau probabilitas terjadinya peristiwa.
5) Kapan
peristiwa dapat terjadi pada proyek.
6) Interaksi
dengan bagian lain dari proyek ini atau dari proyek lain.
3. Mengembangkan
Respons Risiko
Ketika suatu peristiwa risiko telah dikenali dan
dinilai, berikutnya adalah membuat sebuah keputusan untuk merespons dengan
tepat peristiwa tersebut. Respons terhadap risiko dapat dikelompokkan sebagai respons pengurangan (mitigating),
penghindaran (avoiding), pemindahan (transferring), berbagi (sharing), atau menahan (retaining).
1. Mengurangi
risiko
Mengurangi atau memperkecil risiko pada umumnya
menjadi alternatif
pertama yang dipertimbangkan. Pada dasarnya ada dua strategi untuk mengurangi
risiko. (1) mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut, dan atau (2)
mengurangi dampak peristiwa tersebut pada proyek.
Contoh:
strategi pertama ditemukan pada sebuah proyek sistem informasi. Tim proyek
bertanggung jawab menginstal sebuah sistem operasi baru di perusahaan induk mereka.
Sebelum mengimplementasikan proyek, tim menguki sistem baru pada sebuah
jaringan yang lebih kecil, yang terisolasi. Dari pengujian tersebut mereka
menemukan berbagai masalah dan mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapi
sebelum implementasi. Tim masih menghadapi masalah instalasi, tetapi dampak
burukny sangat jauh berkurang .
Strategi
kedua dengan melakukan penjadwalan pekerjaan outdoor disepanjang musim panas,melakukan investasi pelatihan
keselamatan, dan memilih material dan peralatan berkualitas tinggi.
2. Menghindari
risiko
Menghindari risiko adalah mengubah rencana proyek
untuk menghapus kondisi atau risiko. Sekalipun mustahil menghapuskan semua
peristiwa risiko, namun beberapa risiko spesifik dapat dihindarkan sebelum kita
meluncurkan sebuah proyek, sebagai contoh: mengadopsi teknologi yang telah
terbukti sebagai ganti teknologi yang bersifat percobaan, dapat menghapus
kegagalan teknis.
3. Memindahkan
risiko
Melewatkan risiko kebagian lain adalah biasa,
pemindahan tersebut tidak mengubah risiko. Memindahkan risiko kebagian lain
hampir selalu mengakibatkan pembayaran premium (pengeluaran besar). Kontrak fixed-price adalah contoh klasik
pemindahan risiko dari pemilik ke kontraktor. Kontraktor memahami perusahaan
akan membayar semua peristiwa risiko yang kelihatan. Oleh karena itu, faktor risiko moneter
ditambahkan ke harga penawaran kontrak. Sebelum memutuskan untuk memindahkan
risiko, pemilik perlu memutuskan bagian mana yang dengan paling baik dapat
megendalikan aktivitas yang akan mendorong kea rah risiko yang terjadi. Juga,
apakah kontraktor mampu menangani risiko? Jelas bahwa mengidentifikasi dan
mendokumentasikan tanggung jawab untuk menangani risiko merupakan hal yang
sangat mendesak. Cara lain yang lebih jelas untuk memindahkan risiko adalah
asuransi. Akan tetapi dalam kebanyakan kasus cara ini tidak praktis karena
menggambarkan kondisi atau peristiwa risiko proyek kepada broker asuransi yang
tidak familier dengan proyek adalah hal yang sulit dan mahal. Tentau saja
peristiwa risiko dengan probabilitas rendah dan konsekuensi tinggi seperti
bencana alam lebih mudah digambarkan dan diasuransikan. Obligasi dan garansi
adalah alat keuangan lain yang dipakai untuk memindahkan risiko.
4. Berbagi
risiko
Berbagi risiko (sharing
risk) mengalokasikan proporsi risiko ke beberapa bagian yang berbeda.
Contoh berbagi risiko adalah Airbus A340. Risiko riset dan pengembangan
dialokasikan antarnegara Eropa, termasuk Inggris dan Perancis. Sebagai
alternatif, industri entertainment membentuk sebuah konsorsium untuk menentukan
format operasi umum untuk Digital Video Disk (DVD) untuk memastikan
kompatibilitas lintas produk. Format lain berbagi risiko sedang muncul.
Berbagi
risiko mendapat banyak perhatian pada tahun-tahun belakangan ini sebagai
motivasi untuk memperkecil risiko dan dalam beberapa kasus, memangkas biaya
proyek.
5. Menahan
risiko
Dalam beberapa kasus, sebuah keputusan secar sadar
dibuat untuk menerima risiko dari sebuah peristiwa yang terjadi. Beberapa
risiko menjadi sangat besar jika dianggap pemindahan atau pengurangan peristia
risiko tidak mungkin dilakukan (missal, banjir atau gempa bumi). Pemilik proyek
mengasumsikan risiko karena kesempatan peristiwa itu terjadi tampaknya sangat
besar. Dalam kasus lain, risiko yang telah dikenali dalam cadangan anggaran
dengan mudah diasorbsi jika risiko tersebut kemudian menjadi kenyataan. Risiko
ditahan dengan mengembangkan sebuah rencana kontingensi untuk diimplementasikan
jika risiko kemudian menjadi kenyataan. Dalam beberapa kasus sebuah peristiwa risiko
dapat diabaikan, karena itu membengkaknya biaya akibat terjadinya peristiwa
risiko haruslah diterima.
Rencana
kontingensi adalah sebuah rencana alternatif yang akan digunakan jika peristiwa
risiko yang diperkirakan belum menjadi kenyataan. Rencana kontingensi
menghadirkan tindakan-tindakan yang mengurangi atau memperkecil dampak negatif
dari peristiwa risiko. Seperti semua rencana, rencana kontingensi menjawab pertanyaan
tentang apa, di mana, kapan, dan berapa banyak tindakan yang akan berlangsung.
Tidak adanya rencana kontingensi, ketika sebuah peristiwa risiko terjadi, dapat
membuat seorang manajer menangguhkan keputusan untuk mengimplementasikan sebuah
perbaikan. Penangguhan ini dapat memicu rasa panik dan menerima perbaikan
pertama yang diusulkan. Keputusan setelah suatu kejadian, yang diambil dibawah
tekanan dapat mahal dan berbahaya. Rencana kontingensi mengevaluasi
perbaikan-perbaikan alternatif terhadap berbagai peristiwa yang telah
diperkirakan sebelum peristiwa risiko terjadi dan memilih rencana terbaik
diantara banyak alternatif.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajer
harus terlibat dalam berbagai aktifitas manajemen risiko untuk mengatasi
ketidakpastian yang tidak bias dipisahkan dalam manajemen proyek. Manajemen
risiko adalah pendekatan yang proaktif, bukan reaktif. Ia mengurangi jumlah dan
memimpin kepada pemahaman yang lebih baik mengenai hasil akhir yang mungkin
terjadi dari berbagai peristiwa negatif.
Walaupun
banyak manajer percaya bahwa dalam analisis akhir penelitian risiko dan kontingensi
tergantung pada penilaian subjektif, namun beberapa metode standar untuk
mengidentifikasi, menilai, dan merespons risiko harus dimasukkan kedalam semua
proyek. Seluruh proses untuk mengidentifikasi risiko proyek memaksa beberapa
disiplin disemua tingkat manajemen
proyek dan meningkatkan kinerja proyek.
B.
Saran
Bagi para manjer proyek selayaknya mengetahui proses
didalam manajemen risiko agar dapat mengantisipasi dan meminimalisir kerugian
dalam proses pengerjaan proyek yang sedang berlangsung.
Daftar
Pustaka
Darmawi,
Herman.2006. manajemen Risiko.
Jakarta: Bumi Aksara.
F. Gray, Clifford & Erik W. Larson.
2007. Manajemen Proyek Proses Manajerial.
Yogyakarta: Andi (Diterjemahkan oleh: Dwi Prabantini).
Husen,
Abrar. 2011. Manajemen Proyek.
Yogyakarta: Andi.
[1] Ir. Abrar Husen, Manajemen Proyek, (Yogyakarta, Andi
2011), hal. 50
[2] Drs. Herman Darmawi, manajemen Risiko, (Jakarta, Bumi Aksara
2006), hal. 18-19
[3] Ibid, hal. 22.
[4] Abrar Husen. Op.Cit., 50.
[5] Clifford F. Gray
& Erik W. Larson, Diterjemahkan oleh: Dwi Prabantini, Manajemen Proyek Proses Manajerial, (Yogyakarta, Andi 2007), hal.
190.
0 komentar:
Post a Comment