Waktu & Tanggal

Powered by Blogger.

About this Blog

Blog ini berisi seputar informasi dan ilmu pengetahuan

Daftar Isi Blog

Aliran Rekonstruksionalisme


BAB I
PENDAHULUAN
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan pendidikan itu secara alamiah adalah kedewasaan, sebab potensi manusia yang secara alamiah adalah pertumbuhan menuju kedewasaan dan kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila para kondisi alamiah dan social manusia bersangkutan memungkinkan untuk perkembangan tersebut, misalnya iklim, makanan,
kesehatan, dan keamanan, relative sesuai dengan kebutuhan manusia. Kedewasaan yang bagaimanakah yang manusia butuhkan, apakah kedewasaan biologis jasmani-rohani, moral atau kesemuanya. Maka cara kerja dan hasil filsafat dapat digunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan manusia itu, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima pendidikan.
Oleh karena itu pendidikan memerlukan filsafat, karena masalah-massalah pendidikan tidak hanya menyangkut masalah pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman saja, melainkan masalah-masalah baru yang lebih luas, dalam dan lebih kompleks. Dalam kata lain, filsafat mempengaruhi ilmu pengetahuan, yang tersimpul dalam filsafat ilmu pengetahuan tertentu seperti filsafat hukum, filsafat ekonomi, filsafat pendidikan dan sebagainya. Filsafat telah mewarisi faham filsafat baik sadar maupun tidak, langsung ataupun tidak langsung. Perbedaan pemikiran para ahli mengenai filsafat pendidikan telah melahirkan konsep aliran- aliran dalam dunia pendidikan yang salah satunya adalah aliran Rekonstruksionalisme.





BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Rekonstruksionalisme
Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang zaman diseluruh dunia. Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan dengan sejarah ilmu pengetahuan, telah memperkaya khazanah ilmu filsafat. Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah menarik mminat dan mempengaruhi minat danperhatian para pemikir, tetapi filsafat amat banyak mempengaruhi perkembangan ke seluruh budaya umat manusia.
Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan cara dalam pendekatan suatu masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, disamping pengaruh Zaman, kondisi alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatarbelakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok ajaran filsafat. Dengan demikian suatu filsafat merupakan aksi reaksi atas suatu realita kehidupan manusia. Filsafat dapat membentuk cita-cita idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu.
Kata rekonsruksionalisme berasal dari bahasa inggris “reconstruct” yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks pendidikan aliran rekonstruksionalisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan itu lama dengan membangun tata susunan baru yang bercorak modern. Aliran rekontruksionalisme pada dasarnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang memiliki kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Walaupun demikian prinsip yang dimiliki oleh aliran rekontruksionisme tidaklah sama dengan prinsip aliran yang dipegang oleh perenialisme. keduanya memiliki visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. aliran rekontruksionalisme menempuh cara dengan cara berupaya membina suatu konsensus yang paling luas mengenai tuujun pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, rekontruksionalisme berupaya mencari kesepakatan antara sesama manusia atau orang, yakni agar dapat menata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka proses pendidikan dalam rekontruksionalisme perlu merombak tata susunan lama dengan dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerja sama antar umat manusia.
Pendapat lain meyatakan bahwasanya aliran rekontruksionisme sependapat dengan perenialisme, bahwa ada suatu kebutuhan amat mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang, yang sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebinggunagan. Tetapi aliranrekontruksionalisme tidak sependapat dengan jalan dan cara yang ditempuh aliran perennilaisme. Berbeda dengan perennilaisme yang memlih kembali kealam kebudayaan abad pertengahan, maka rekonstruksionisme berusaha membina suatu konsensus yang pelang luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Rekonstruksionisme berusaha mencari keesepakatan semua orang tentang tujuan utama yang mengatur tata kkehidupan manusia dalam suatu tata susunan baru seluruh lingkungannya. Dengan perkataan lain, aliran filsafat rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama, dan membagun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru, melalui lembaga pendidikan.
Tujuan ini hanya mungkin diwujudkan melalui usaha kerjasama, kerjasama suatu bangsa-bangsa. Penganut aliran ini yakin bahwa telah tumbuh kesadaran dan konsensus seperti dimaksud di seluruh dunia; mereka percaya bahwa ada hasrat yang sama dari bagsa-bangsa tentang cita-cita yang tersimpul dalam ide rekontruksionisme.
Hari depan dari bangsa-bangsa, ialah suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai satu golongan. Cita-cita demokrasi yang sungguh-sunguh ini tidak hanya dalam teori melainkan harus menjadi kenyataan, terlaksana dalam praktek. Hanya dengan demikian, dapat pula diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran, keamanan dan jaminan hukum bagi masyarakat tanpa membedakan warna kulit, nasionalisme dan kepercayaan.
Selain itu dinyatakan bahwa aliran rekontruksionisme merupakan teori lanjutan dari aliran progressifisme. Pada rekontruksionisme, peradaban manusia manusia masa depan sangat ditekan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresifisme, rekontuksionime lebih jauh tentang pemecahan masalah dan melakukan sesuatu. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri denagan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang.
Lebih lanjut, ia adalah suatu dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman, atau subordinate, dari kedaulatan dari otoritas internasional. Secara ringkas, rekonstruksionisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia baru, dengan suatu kebudayaan baru di bawah suatu kedaulatan dunia, dalam kontrol mayoritas manusia.
B. Tokoh-Tokoh Rekontruksionalisme
Rekontruksionalisme dipelopori oleh George Count dan Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu : Carroline Pratt, Georg Count, dan Harold Rugg.
Caroline Patt menyatakan bahwa nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup didalamnya.
C. Pandangan Rekontruksionalisme dan Penerapan dalam Bidang Pendidikan.
Aliran rekontruksionalisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamattan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina manusia melalui pendidikan yang tepat atas norma dan nilai pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh dunia tertentu. untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan.
Rekontruksionisme mengingginkan pendidikan yang membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstuktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana bebas (Imam Barnadib.1987:26 ).
Adapun pandangan-pandangan tentang aliran rekontruksionisme, yaitu:
1. Pandangan secara Ontology
Dengan ontology menerangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran rekontuksionalisme memandang relaita bersifat Universal, yang mana realita itu ada di mana dan sama tempat-tempat. Untuk mengerti suatu realita harus beranjak dari sesuatu yang kongkrit dan menuju kearah yang khusus penampakan diri dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat di hadapan kita dan ditangkap oleh panca indera manusia, hewan, dan tumbuhan atau benda lain disekeliling kita, realita yang kita ketahui dan kita hadapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain substansi yang dipunyai dan tiap-tiap benda tersebut, dan dapat dipilih melalui akal pikiran.
Kemudian, realita sebagai substansi selalu cenderung bergerak dan berkembang dari potensialitas menuju aktualitas. Dengan demikian gerakan tersebut mencakup tujuan dan terarah guna mencapai tujuan masing-masing denagn caranya sendiri dan diakui bahwa tiap reallita memiliki perspektif sendiri.
2. Pandangan Axiology
Dalam proses interaksi sesama manusia diprelukan nilai-nilai. Begitu juga halnya dalam kehidupan manusia dengan sesamanya dan alam sesama tidak mungkin melakukan sikap netral, akan tetapi manusia sadar atau tidak sadar telah melakukan proses penilaian, yang merupakan kecendrungan manusia. Tetapi secara umum ruang lingkup tentang pengertian “nilai” tidak terbatas.
Aliran rekontruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan asas-asas supernatural yakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi berdasarkan prinsip nilai axiologis. Hakikat manusia adalah emansipasi yang potensial yang berasal dari dan dipimpin oleh tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahuinya. Kemudiam manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya bila dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal mempunyai peran untuk memberi penentuan.
3. Pandangan Epistemology
Kajian epsitomologi aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme dan perenialisme. Berpijak dari pemikiran bahwa untuk memahami relita alam nyata memerlukan azas tahu dalam arti bahwa tidak mungkin memahami realita ini tanpa melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan suatu pintu ilmu pengetahuan. Karenanya baik akal ataupun rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahuan, dan akal dibawa oleh panca indera menjadi pengetahuan dalam yang sesungguhnya. Ini juga berpendapat bahwa dasar suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence, yakni bukti yang adssa pada diri sendiri, realita dan eksistensinya. Pemahaman bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada dalam pengetahuan ilmu itu sendiri.
Dalam rekontruksionisme tugas guru yaitu memberikan kesadaran kepada peserta didik terhadap masalah yang dihadapi , membantu peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Menginggat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Menyusun kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang mendalam. Penyusunan kurikulum tanpa landasan-landasan yang kuat akan berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Landasan yang digunakan itu salah satunya yaitu filsafat pendidikan rekontruksionisme.



































BAB III
PENUTUP
Dalam konterks pendidikan aliran rekonstruksionalisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan itu lama dengan membangun tata susunan baru yang bercorak modern. Aliran rekontruksionalisme pada dasarnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang memiliki kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Rekontruksionalisme dipelopori oleh George Count dan Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu : Carroline Pratt, Georg Count, dan Harold Rugg.
Caroline Patt menyatakan bahwa nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif , yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup didalamnya.
Rekontruksionisme mengingginkan pendidikan yang membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstuktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana bebas (Imam Barnadib.1987:26 ). Adapun pandangan-pandangan tentang aliran rekontruksionisme, yaitu:
1.    pandangan secara ontology
2.    pandangan oxiology
3.    pandangan epistemology



DAFTAR PUSTAKA
 Hamdani Ali. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Kota Kembang, 1987.
 Muhammad Noor Syam : Filsafat Pendidikan dan Dasar filsafat pendidikan pancasila. Surabaya: U saha Nasional, 1986.
Usiono, Pengantar Filsafat Pendidikan. Jakarta: Hijri Pustaka Umum, 2009.
Zuhairini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.


0 komentar:

Post a Comment