Waktu & Tanggal

Powered by Blogger.

About this Blog

Blog ini berisi seputar informasi dan ilmu pengetahuan

Daftar Isi Blog

Filsafat Alfarabi


Filsafat Alfarabi
 Filsafat Islam
Filsafat muncul dari sebuah pemikiran dan semua ilmu memiliki filsafat tersendiri dan pemikiran itu sendiri diragukan oleh sang pemikir jika belum ditemukan kebenarannya, untuk mengatakan itu benar perlu menuangkan pemikiran sehingga sang pemikir meyakininya apa yang ia temukan.

Filsafat Islam menjadi sebuah topik tersendiri yang banyak dibahas oleh para tokoh filosofis, sehingga mereka berbeda pemahaman dalam mengartiikan Ilmu filsafat atau filsafat dalam Islam. jika orang ditanya, apa perbedaan Agama dan Filsafat, maka jawabannya adalah, Filsafat mulai dari keragu-raguan sedangkan Agama mulai dari  keimanan.
Sedangkan Teologi Islam yang penulis maksudkan disini adalah bahasan ajaran-ajaran dasar dalam Islam kususnya tentang kajian sejarah dan perkembangan filsafat dalam teologi Islam. Tidak semua kegiatan berfikir langsung dapat disebut sebagai filsafat, pemikiran filsafat memiliki karakteristik tertentu, yaitu: pemikiran filsafat cenderung universal (sangat umum), pemikiran filsafat tidak terkait dengan obyek-obyek khusus, akan tetapi dengan konsep yang sifatnya umum dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Selanjutkan dalam berfilsafat diharapkan tidak faktual, yakni membuat dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada pembuktian ilmiah. Kemudian berkaitan dengan nilai, filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan berupa fakta yang disebut penilaian. Sesuatu yang bernilai sudah pasti penuh dengan arti,  agar para filosof dapat mengungkapkan ide-idenya dengan arti, maka para filosof tersebut haruslah dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat (ilmiah), kesemuanya itu berguna untuki menghindari adanya kesalahan berfikir. Dan terakhir pemikiran filsafat yang baik selalu mengandung implikasi (Implikatif), dan dari implikasi tersebut melahirkan pemikiran baru.

1.   Sejarah dan Riwayat hidup al-Farabi
Abu Nash al-Farabi lahir pada tahun 258 H/870 M dan meninggal pada tahun  339 H/950 M. sebagai pembangunan agung system filsafat, ia telah membaktikan diri untuk berfikir dan merenung, menjauhkan diri dari kegiatan politik, gangguan dan kekisruhan yang terjadi didalam masyarakat. Pada abad ke-13 H/ke-19 M, telah dilakukan banyak usaha untuk menulis biografinya, mengumpulkan karya-karya yang belum diterbitkan, dan menjelaskan hal-hal yang masih samar di dalam karya filsafatnya. Pada tahun 1370 H/1950 M, atau seribu tahun setelah al-Farabi meninggal, muncullah beberapa sarjana turki yang menemukan sebagian karyanya yang masih berupa naskah dan memecahkan beberapa kesulitan yang berkaitan dengan pemikirannya.
Berbeda dengan kelaziman beberapa sarjana muslim lainnya, al-Afarabi tidak menuliskan riwayat hidupnya, dan tidak pila ada seorangpun diantara para pengikutnya yang merekam akan kehidupannya, sebagaimana yang dilakukan oleh al-Juzjani untuk gurunya, ibn Sina. Kehidupan al-farabi dapat di bagi menjadi dua periode, yaitu periode pertama bermula sejak lahir hingga ia berusia lima puluh tahun, pada periode ini ia lahir di Wasij, sebuah dusun di dekat Farab, di Transoxiana, pada tahun 258 H/ 870 M. telah di yakini bahwa ia lahir sebagai orang turki, ayahnya seorang jenderal dan ia sendiri bekerja sebagai hakim untuk beberapa lama.
Kemampuan pendidikan yang dimilikinya pada dasarnya adalah keagamaan dan bahasa, ia mempelajari fiqh, hadis dan tafsir al-Quran. Selain itu, ia juga mempelajari bahasa Arab, bahasa Turki dan Parsi. Di samping itu pula, ia juga tidakmengabaikan akan manfaat yang ia peroleh dari studi-studi rasional yang berlangsung pada masa hidupnya, seperti matematika dann filsafat.  Ketika ia tertarik akan studi yang rasional tersebut, ia tidak merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya di kota kelahirannya. Terdorong oleh keinginan intelektualnya itu, maka ia meninggalkan rumahnya dan mengembara menuntut ilmu pengetahuan Periode kedua kehidupan al-Farabi adalah periode masa tua dan kematangan penuh.  Baghdad, sebagai pusat belajar yang terkemuka pada abad ke-4 H/ ke-10 M, merupakan tempat pertama yang ia kunjungi, disana ia berjumpa dengan berbagai sarjana dari beberapa bidang, di antaranya para filosof dan penerjemah. Al-Farabi tertarik akan disiplin ilmu logika, dan di antara ahli-ahli logika yang terkenal di Baghdad adalah Abu Bisyr Matta ibn Yunus.
 Al-Farabi berada di Baghdad selama dua puluh tahun dan kemudian tertarik oleh pusat kebudayaan lain di Aleppo. Di sana merupakan tempat-tempat orang yang berilian dan para sarjana, istana Saif  al-Daulah, berkumpul par penyair, ahli bahasa, filosof, dan sarjana-sarjana kenamaan lainnya. Di istana tersebut al-Farabi tinggal dan merupakan orang pertama dan terkemuka  sebagai sarjana dan pencari kebenaran. Walaupun kehidupannya di penuhi akan kegemerlapan serta kemegahan, namun tidaklah mempengaruhinya. Ia menulis buku-buku dan artikelnya dalam suasana gemercik air sungai dan dibawah dedaunan pepohonan yang rindang. Kecuali beberapa perjalanan singkatnya ke luar negeri, al-Farabi mukim di Syria hingga meninggal pada tahun 339 H/950 M. al-Farabi mencapai posisi yang sangat terpuji di istana Saif al-Daulah, hingga sang Raja bersama pengikut dekatnya mengantarkan jenazahnya ke pemakamannya sebagai tanda penghormatan atas meninggalnya seorang sarjana terkemuka.
  
2.      Karya-Karya dan Filsafatnya
Adapun karya-karya al-Farabi dapat dibagi atas dua, satu diantaranya mengenai logika dan yang lainnya mengenai bidang lain. Karyanya mengenai logika menyangkut beberapa bagian-bagian yang berbeda dari Organon-nya aristoteles, baik yang berbentuk tulisan maupun ulasan yang panjang. Sedangkan karya-karya kelompok kedua adalah menyangkut berbagai cabang pengetahuan filsafat, fisika, matematika, metafisika, etika, dan politik. Al-Farabimenulis semua buku dan artikelnya di Baghdad dan Damaskus.
Pemikiran al-Farabi yang dikemukakan bersifat ringkas dan tepat, serta hati-hati dalam memilih kata-kata dan pernyataan-pernyataannya. Kemudian, metode yang digunakannya pun tidak jauh dari dengan dasar pemikirannya, yaitu: ia mengumpulkan dan menggeneralisasikan; ia menyusun dan menyelaraskannya; ia menganalisis dan untuk menulis; ia membagi agar terpusat dan menggolongkannya. Perhatian utama dalam filsafat al-Farabi adalah  ia menegaskan dasar-dasar teori dan landasan doktrin, mempercerah kegelapan-kegelapan dan membicarakan masalah-masalah yang controversial guna memperoleh kesimpulan-kesimpuan yang benar. Karya-karya al-farabi tersebar luas di Timur pada abad ke-4 dan 5 H/ke-10 dan 11 M, dan mencapai barat ketika sarjan Andalusia menjadi pengikutnya.
Filsafat al-Farabi memiliki corak yang berbeda, ia mengambil ajaran-ajaran para filosof terdahulu, membangun kembali ke bentuk yang sesuai dengan lingkup kebudayaan dan penyusunannya sedemikian sistematis dan selaras. Al-Farabi adalah seorang yang logis baik dalam pemikiran, pernyataan, argumentasi, diskusi,keterangan dan penalarannya. Al-Farabi mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar di dalam pemikiran masa-masa sesudahnya.
a.    Logika
Seni logika pada umumnya memberikan aturan-aturan yang apabila diikuti dapat memberikan pemikiran yang besar dan mengarahkan manusia secara langsung  kepada kebenaran dan menjauhkan dari kesalahan-kesalahan. menurutnya logika mempunyai kedudukan yang mudah untuk di mengerti, sebagaimana hubungan tata bahasa dengan kata-kata, dan ilmu matra dengan syair. Al-farabi menekankan praktek dan penggunaan aspek logika dengan menunjukkan bahwa pemahaman dapat diuji melalui aturan-aturannya, sebagaimana dimensi, volume, dan massa yang ditentukan oleh ukuran. Dengan adanya logika sangat membantu untuk membedakan yang benar dan yang salah dan memperoleh jalan yang benar dalam berfikir atau dalam penunjukkan dari mana kita berfikir dan bagaimana mengarahkan pikirann itu kepada kesimpulan-kesimpulan akhir.
Walaupun demikian, al-Farabi dalam filsafatnya selalu membedakan anatara tata bahasa dengan logika; tata bahasa hanya berkaitam dengan dengan kata-kata, sedangkan logika berkaitan dengan arti dan kata-kata merupakan penjelmaan dari makna yang sebenarnya. Tata bahasa selalu berkaitan dengan aturan-aturan bahasa, dan bahasa itu selalu berbeda-beda, tetapi logika berkaitan dengan pemikiran manusia yang selalu sama dimana dan kapan pun. Masalah pokok dalam logika adalah topik yang membahas aturan-aturan pemahaman, yang terdahulu dapat dijadikan sebagai pendahuluan dan berikutnya merupakan penerapan dan perbandingan yang dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dan kebingungan. Dengan demikian bahwa al-Farabi  mengikuti langkah-langkah aristoteles. Berikut ada beberapa Sumbangan al-Farabi dalam bidang  logika , yaitu: bahwa ia telah berhasil secara tepat dan jelas dalam menerangkan logika Aristoteles kepada bangsa yang berbahasa arab.

b.    Kesatuan filsafat
Al-Farabi berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat merupakan satu-kesatuan. Oleh karena itu, para filosof besar haruslah menyetujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran. Al-farabi sangat yakin bahwa hanya ada satu aliran filsafat yaitu aliran kebenaran. Kebenaran agama dan kebenaran filsafat secara nyata adalah satu, meskipun secara formal berbeda, ajaran tentang hal ini didasarkan pada dua hal utama;  petama, memperbaiki  filsafat pengikut Aristoteles dan memnyatukan dalam bentuk platonic agar bias lebih sesuai dengan ajaran islam; dan kedua, memberikan penafsiran-penafsiran yang rasional tentang kebenaran agama.

c.    Teori sepuluh kecerdasan
Teori ini menurut al-Farabi menempati bagian yang penting dalam fiilsafat muslim; ia menerangkan dua dunia; langit dan bumi; ia menafsirkan gejala gerakan dua perubahan. Ini merupakan dasar fisika dan astronomi, dimana bidang utama yang dibahasnya adalah mengenai pemecahan masalah Yang Esa dan yang banyak dan perbandingan antara yang berubah dan yang tetap. Al-Farabi berpendapat bahwa Yang Esa yaitu Tuhan, Yang Ada dengan sendiri-Nya; oleh karena itu ia tidak memerlukan yang lain bagi adaNya atau keperluan-Nya. Ia mampu mengetahui diriNya sendiri, ia mengerti dan dapat dimengerti, ia sangat unik karena  sifatnya memang demikian, tidak ada yang sama dengan-Nya dan tidak ada pula memiliki perlawanan dan persamaan. Al-Farabi melalui ajaran sepuluh intelegensi ini, dapat memecahkan masalah gerak dan perubahan. dengan ajaran ini pula, ia mampu memecahkan masal antar Yang Esa dan Yang banyak, dan memadukan antar teori materi dari Aristoteles dengan ajaran islam tentang penciptaan.

d.    Teori tentang akal
Al-Farabi mengelompokkan beberapa macam bentuk akal yaitu: akal praktis, yaitu yang menyimpulkan apa yang mesti harus di kerjakan. Dan teoritis yaitu yang membantu menyempurnakan jiwa. Akal teoritis ini di bagi menjadi: fisik (material), yang terbiasa (habitual), dan yang diperoleh (acquired).
            Akal fisik atau di sebut juga sebagai akal potensial adalah bagian jiwa atau unsur yang mempunyai kekuatan mengabtrasikan dan menserap esensi dari kemaujudan. sedangkan akal terbiasa adalah salah satu tingkat dari tingkat pemikiran dalam upaya mendapatkan sejumlah pemahaman. Tingkat akal yang diperoleh merupakan suatu  tingkat di mana akal manusia mengabtrasikan bentuk-bentuk yang tidak mempunyai hubungan dengan materi. Dengan demikian, akal mampu meningkat secara bertahap dari akal yang berbentuk daya ke akal yang dalam bentuk aksi dan akhirnya ke akal yang diperoleh. Jadi, teori al-Farabi tentang akal adalah yang paling berarti di antara semua teori yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir muslim, dan telah memberikan pengaruh yang besar pada filsafat Kristen. 

e.    Teori tentang kenabian
Seorang nabi adalah seorang yang dianugerahi kesempatan untuk dapat langsung berhuhungan dengan tuhan dan diberi kemampuan untuk menyatakan kehendak-Nya. Islam, sebagaimana agama-agama lainnya, mempunyai tuhan sebagai penguasannya. Q.S 53: 4-5) sebagai berikut:
÷bÎ) uqèd žwÎ) ÖÓórur 4ÓyrqムÇÍÈ   ¼çmuH©>tã ߃Ïx© 3uqà)ø9$# ÇÎÈ  
Artinya: Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) (4). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat (5).
Adalah sangat perlu bagi filosof-filosof muslim memberikan penghormatan kepada nabi, menunjukkan rasionalitas dengan tradisionalisme, dan mewarnai kehidupan di bumi  ini dengan firman Tuhan. Jadi, sifat utama seorang nabi ialah memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang melaluinya ia dapat berhubungan langsung dengan intelegensi di waktu tidur atau jaga, dan dapat mencapai visi dan inspirasi. Sedangkan wahyu hanyalah suatu pemancaran (emanasi) dari tuhan melalui integensi seseorang. Teori al-Farabi tentang kenabian mempunyai pengaruh yang jelas, tidak hanya pada barat atau timur, melainkan juga pada abad pertengahan dan sejarah modern.

3.      Analisis atas teori yang di kemukakan oleh Al-Farabi
Berdasarkan beberapa teori-teori dari al-Farabi di atas, saya akan mencoba mengomentari ataupun menganalisi pemikiran yang di berikan oleh al-farabi. Namun sebelum melangkah jauh dengan apa yang dikemukakan oleh al-Farabi bahwasanya mengkaji filsafat berarti itu membahas manusia itu sendiri, karena usia filsafat sama tuanya dengan usia manusia. Manusia merupakan jenis makhluk yang berfilsafat (animal rationale) sesuai dengan rasio  atau akal yang dimilikinya. Dengan akal itulah, manusia dapat berfikir dan ketika berfikir itulah proses berfilsafat mulai terjadi.
Berangkat dari filsafat al-Farabi yang pertama yaitu tentang logika, penulis tertarik dengan apa yang di berikan oleh al-Farabi akan hal ini, yaitu ketika ia menyatakan sebagai berikut: Seni logika pada umumnya memberikan aturan-aturan yang apabila diikuti dapat memberikan pemikiran yang besar dan mengarahkan manusia secara langsung  kepada kebenaran dan menjauhkan dari kesalahan-kesalahan. Sangat jelas sekali bahwa dengan adanya teori logika ini dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang membahayakan  kita, itu karena kita mempunyai daya pikir yang tinggi (untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk) sebelum melakukan suatu tindakan. Esensinya berarti dalam menjalani hidup dan kehidupan ini kita harus lebih berhati-hati. Disini saya sedikit memberikan contoh yang rasional akan logika hingga terciptanya disiplin-disiplin ilmu yang bermanfaat, yaitu: di dalam berpidato atau berdialog, geometri dan ilmu hitung, logika tidak pernah dapat dikesampingkan. Maka muncullah  disiplin ilmu yang di sebut dengan matematika, atas dasar filsafat logika yang diberikan oleh al-Farabi.
Kemudian yang kedua yaitu tentang teori kesatuan filsafat ia menyebutkan, bahwa: pada hakikatnya filsafat merupakan satu-kesatuan. Oleh karena itu, para filosof besar haruslah menyetujui bahwa satu-satunya tujuan berfilsafat adalah mencari kebenaran. Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan al-Farabi tentang teori ini, saya sangat antusias sekali dengan apa yang dipaparkan oleh al-Farabi, sebab dapat membuka dan saling bertukar argument/ pikiran antar filososf atas filsafatnya masing-masing. dengan tujuan awal mereka yaitu untuk mencari kebenaran. Dengan demikian, untuk masa mendatang diharapkan untuk tidak ada saling menyalahkan akan filsafat dari seorang filosof manapun, karena pada dasarnya semuanya mencari jalan kebenaran walaupun jalan yang ditempuh untuk mencapainya menggunakan pemikirannya (metode-metode yang dikuasainya) masing-masing. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa kebenaran  agama den kebenaran filsafat secara nyata adalah satu. Hal ini menunjukkan penyesuaiannya dengan agama islam.
Antara ilmu, filsafat, dan agama, pada dasarnya ialah mencari kebenaran, serta memiliki hubungan yang sangat erat sekali ketiganya (sangat membutuhkan satu sama lain). Karena,  Penjelasan ilmiah dan filsafat membutuhkan akan agama dan begitu pula sebaliknya agamapun  membutuhkan pembuktian-pembuktian ilmiah dan filsafat. Dalam membahas hubungan antara ilmu, filsafat, dan agama tidak selamanya menempatkan ketiganya dalam satu tingkatan yang sama, karena kebenaran agama sudah pasti berbeda dengan kebenaran ilmu dan filsafat. Kebenaran agama adalah mutlak sedangkan ilmu, dan filsafat adalah relatif. Maka dari itulah al-farabi berkeinginan untuk menyatukan antara ketiganya agar tidak ada kerancuan.
Teori ketiga yaitu teori sepuluh kecerdasan, untuk teori yang ini saya kurang memahami  sehingga muncul kesulitan bagi saya untuk menganalisisnya. Yang bisa saya jelaskan dari teori ialah, bahwa teori ini pada dasarnya menciptakan disiplin ilmu yang baru yaitu  fisika dan astronomi. Karena pada hakikatnya pada teori ini menjelaskan dua dunia yaitu; langit dan bumi, ia menafsirkan gejala gerakan dan gerakan dua perubahan. bertolak dari pengertian itu, berarti adanya daya pemanfaatan unsur-unsur yang ada diantara isi di langit dan bumi. Bumi hanyalah serangkaian macam-macam bentuk yang berlainan yang menyatu dengan materi atau terpisah darinya. Disinilah fisika bersatu dengan astronomi dan bumi di atur oleh langit. Jadi, dengan adanya teori ini diharapkan mampu memciptakan para filosuf masa depan yang hebat dan tangguh, dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di langit dan bumi ini.
Selanjutnya, teori tentang akal : Dengan demikian, akal mampu meningkat secara bertahap dari akal yang berbentuk daya ke akal yang dalam bentuk aksi dan akhirnya ke akal yang hendak diperoleh. Menurut saya, Akal merupakan intelegensi (potensial) yang dimiliki oleh manusia sejak ia lahir, dengan akal manusia mampu untuk berfikir kreatif dan mampu pula mencari/ menentukan sebuah kebenaran. Berdasarkan teori ini yang diungkapkan oleh al-Farabi tentang teori akal diatas yaitu bahwa akal mampu meningkat secara bertahap dari akal yang berbentuk daya ke akal yang berbentuk aksi.
Teori ini berarti bahwa suatu pemikiran yang telah ada, tidak mungkin hanya terpaku pada satu disiplin ilmu itu (berhenti di jalan) saja, pastinya ada keinginan/ dorongan dari dalam hati seorang filosuf untuk hasil pemikirannya itu dapat di kembangkan terus kedepannya, sehingga ilmu tersebut bisa untuk dimengerti dan diterapkan oleh masyarakat luas.  Menurut saya, akal yang berbentuk daya itu merupakan jiwa atau bagian dari jiwa itu sendiri yang mempunyai kekuatan/ untuk mendapatkan pokok inti dari yang sedang di pikirkannya atau disebut juga dengan pemahaman yang masih bersifat potensial (akal dalam bentuk daya masih mengenai apa yang belum diserap). Sedangkan akal yang berbentuk aksi, ini berarti adanya usaha yang dilakukan untuk mengaktualisasikan pemikirannya kepada lingkungan dan masyarakat. Adalah salah satu tingkat dari tingkatan-tingkatan pikiran dalam usaha mendapatkan suatu pemahaman. Karena pikiran manusia pada umumnya tidak mampu menangkap semua pengertian-pengertian yang ada, maka akal dalam bentuk aksilah yang bisa menserapnya, memilih, atau yang bisa menangkapnya.
Selanjutnya ialah teori tentang kenabian ia menyebutkan bahwa:  Seorang nabi adalah seorang yang dianugerahi kesempatan untuk dapat langsung berhuhungan dengan tuhan dan diberi kemampuan untuk menyatakan kehendak-Nya. Saya setuju dengan pendapat al-Farabi akan teori ini, seseorang tidak akan mampu bertindak melebihi kapasitas yang dimilikinya, tanpa dipengaruhi oleh suatu kekuatan, oleh karena itu disini adanya campur tangan dari dzat yang maha Kuasa yaitu Allah Swt. Hubungan ini juga mungkin bisa terjadi melalui imajinasi sebagaimana kepada manusia pilihan (yaitu:  nabi).
            Sebab seluruh tingkat imajinasi atau wahyu yang diterima berasal dari imajinasi yang tinggi/kuat. Menurut hemat saya, imajinasi menempati kedudukan yang penting. Olehnya berhubungan erat dengan perasaan-perasaan, dan ikut terlibat dalam tindakan-tindakan yang jelas (rasional), kemudian diaplikasikannya ilmu yang dikuasainya itu kepada lingkungan masyarakat dengan berdasarkan kemauannya. Karena di dalam daya imajinasilah terwujudnya bayangan-bayangan mental yang sesuai dengan tingkat intelegensi yang dimiliki oleh seorang nabi. Bahwa dengan melalui imajinasi seorang manusia mampu berhubungan dengan tuhannya, namun hal ini hanya untuk individu-individu pilihan saja (seorang nabi). Jadi, seorang nabi sudah pasti harus memiliki daya imajinasi dan intelektual yang tinggi, melebihi kapasitas yang dimilki oleh manusia pada umumnya (adanya keistimewaan tersendiri bagi seorang nabi), guna mendapatkan jalan kebenaran dan penerangan untuk para pengikutnya.
Dari paparan diatas tentang filsafat al-Farabi, maka dapat saya simpulkan jelaslah  kirannya al-Farabi mengikuti langkah-langkah Aristoteles. Namun proses yang dilakukannya tidak merugikan study logika Aristoteles, dan tidak pula membuat jalan lain, atau memutarbalikkan arti filsafatnya. Walaupun pemikiran al-Farabi merupakan pencerminan Abad-abad pertengahan, tetapi mengandung gagasan-gagasan modern dan kontemporer. Ia senang terhadap ilmu pengetahuan, menganjurkan eksperimen dan menolak peramalan. Dan mengangkat akal ketingkat yang sedemikian suci, sehingga terdorong untuk mendamaikannya dengan tradisi sehingga tercapai kesesuaian antara filsafat dengan agama.

0 komentar:

Post a Comment